Bukan hanya Facebook (FB) yang menjadi andalan setiap orang untuk berinteraksi di dunia maya, sangat banyak situs - situs jejaring sosial yang menyediakan layanan yang sama agar bisa berinteraksi tentunya dengan orang lain, baik yang kita kenal maupun tidak sama sekali, semisal: Google+, Twitter, MySpace, LinkedIn, de el el.
Kalau kamu punya satu akun di salah satu
jejaring social, kita ambil samplenya : Facebook, hal pertama setelah kamu
membuat akun di FB (identitas, foto profil) adalah (waktu dulu penulis pertama
sekali membuat akun FB) menambahkan teman ke akun yang baru tersebut. Naah sekarang,
setelah kita menambahkan teman kedalam akun kita, selanjutnya apa.?, tentunya
update status donk, semisal : "Terimakasih Tuhan, engkau telah menolongku
membuat akun FB ini". Hehehe..peace.
Anggap saja, teman kamu di FB sudah semakin banyak,
kita pake istilah yang biasa dipakai, di – add, atau meng-add dan di – confirm atau
meng – confirm, selanjutnya apa.?, kita mulai sedikit bangga, karena kita punya
teman baik yang kita kenal, maupun tidak bisa berteman dengan kita di FB,
lantas teman kita sudah mulai rajin memberikan “komen”, atau me – like status
maupun foto yang kita upload. Setelah itu apa lagi, mulai ada “rasa yang lain”
timbul di diri kita selaku pemilik akun, rasa apa.? Ohh banyak…, semisal, mulai
ada rasa khawatir kalau – kalau ada teman di FB yang memberikan komen yang
sebenarnya bukan jorok kalau menurut saya, tapi komen yang tidak kita suka
karena bisa menjatuhkan harga diri kita ke nominal terendah (hehe..peace lagi),
selain itu ada rasa takut kalau – kalau foto kita (khusus cewek ni, maaf buat yang
ngerasa) ada yang ngambil dan dipergunakan untuk hal – hal yang negative, atau
karena kebiasaan update status atau ngetweet jadi takut kalau dibaca kawan
sekelas atau sekantor kalau kamu lagi “kabur” dan lagi – lagi de el el.
Saya mulai masuk sedikit ke point penulisan
Percakah anda, bahwa
saat anda membuat akun di FB, hal pertama sekali yang anda pikirkan adalah
teman yang anda sudah sangat kenal..?? (yang protes silahkan komen).
Percayakah anda, bahwa saat anda membuat akun di
FB, hal selanjutnya yang anda pikirkan adalah teman – teman semasa SMP atau SMA atau semasa kuliah dulu.??
Itu baru 2 pertanyaan saja, pertanyaan
selanjutnya mudah – mudahan muncul dari diri anda sendiri setelah membaca
tulisan ini.
Baiklah.! Mari kita sedikit membicarakan sesuatu yang aneh pengguna situs jejaring sosial FB.
Privasi
Kita bangga akan sebuah
privasi, namun kita juga bangga untuk menonjolkan siapa kita, apa yang kita
lakukan. Bukankah ini hal yang bertolak belakang.?
Kita sering mengatur tindakan privasi di akun kita
sendiri pada saat meng – upload foto, kemudian pengaturan privasi siapa yang
boleh dan tidak boleh berkomentar di status kita, atau bahkan diatur agar orang
lain tidak bisa melihat foto kita sama sekali, meskipun orang lain itu sudah
menjalin pertemanan dengan akun kita.
Loh.?! Kenapa.? Pasti jawabannya, karena itu privasi
kita. Anehnya malah ada yang hanya mengatur privasi foto, dimana kita hanya di
perbolehkan melihat saja tanpa harus berkomentar, bukankah ini aneh.?? Malah ada
yang lebih parah, foto tersebut hanya boleh diberi komentar oleh orang – orang
tertentu saja.
Hal diatas baru termasuk kategori tindakan
pemberian “privasi” sederhana.
Kita lanjut lagi ke
tindakan pemberian privasi yang lebih ekstrim lagi.
"Block" atau "Remove"
Kalau kamu benar – benar sudah jengkel dengan
seseorang di FB, dan tidak ingin melihat dia lagi karena selalu berkomentar “lain”
di FB kamu atau karena hal lain, maka hal terakhir yang kamu lakukan biasanya
mem – block dia. Benar kah.?!. Kemudian teman kamu tahu dan bertanya, “kenapa
kau block dia.?”, jawaban kamu pasti segudang alasan, yang sebenarnya bisa dipersingkat
menjadi : “aku gak suka liat dia !”. Ini kalau di jejaring sosial yang nota
benenya masih dunia maya.
Kita berpindah sedikit
ke dunia nyata, dan saya beri sedikit contoh cerita perbandingan, silahkan artikan sendiri.
Cerita I
Kalau kamu sedang
berada di suatu tempat bersama teman – teman mu, dan kemudian ada orang lain (si
konyol) yang masih kenal dengan temannya temanmu, saat dia juga ikut bergabung
dia berbicara layaknya seorang yang sudah hebat, dengan segudang kalimat yang
mantap tapi tanpa titik dan koma, apakah kamu senang.? Tentu tidak kan.?!, tapi
apakah kamu juga akan langsung memotong pembicaraan dia.? Belum tentu juga. Lantas
apa yang akan kamu lakukan.?
Cerita II
Kamu sedang berkumpul
dan saling bercerita dengan teman – teman mu mengenai moral, akhlak dan
bla..bla..bla yang berhubungan tentang surga,dan kamu menjadi “pembicara
tunggal”, lantas tidak berapa lama, teman mu yang lain (si tolol) datang dan
ikut bergabung, dan dia malah menjadi “pembicara tunggal” yang jauh lebih hebat
dan referensi juga lebih lengkap ketimbang kamu. Apakah kamu bahagia.??, apakah kamu berani
mengungkapkan kekaguman mu ke dia.??
Dari kedua cerita diatas, kalau kamu ketemu lagi
dengan mereka (si konyol dan si tolol) apakah kamu bersedia menyapa dan saling
bercerita sejenak.?? Aku yakin tidak.
Bahkan kalau mau jujur, kamu sendiri tidak akan memberikan
jawaban dan alasan apapun yang masuk akal saat kamu sendiri ditanya temanmu
yang lain “kenapa kamu menghindar dari si konyol atau si tolol.??"
Bersambung : Seandainya situs jejaring sosial tidak ada (Part II)
No comments:
Post a Comment
PLEASE GIVE COMMENT WISELY.